-Register for Learning.
-Read forum rules before register.
-Register for see full topics.
*Active on Forum*

Join the forum, it's quick and easy

-Register for Learning.
-Read forum rules before register.
-Register for see full topics.
*Active on Forum*

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

    Mepe Kasur, Ritual Tolak Bala Warga Kemiren

    robot
    robot
    Seng Duwe Omah
    Seng Duwe Omah


    Jumlah posting : 355
    Reputation : 0
    Join date : 30.10.12
    Age : 35
    Lokasi : banyuwangi

    Mepe Kasur, Ritual Tolak Bala Warga Kemiren Empty Mepe Kasur, Ritual Tolak Bala Warga Kemiren

    Post by robot Sat Sep 27, 2014 3:02 pm

    BANYUWANGI – Satu lagi tradisi budaya masyarakat Banyuwangi yang masih langgeng hinga saat ini, yaitu menjemur kasur atau yang dalam bahasa setempat disebut mepe kasur yang digelar oleh warga Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Tradisi ini digelar sebelum pelaksanaan ritual adat Tumpeng Sewu, sebuah tradisi makan tumpeng dengan lauk khas lokal secara bersama-sama sebagai wujud syukur kepada Tuhan.

    Tradisi menjemur kasur ini dilakukan Kamis (25/9/2014) di sepanjang Desa Kemiren yang merupakan salah satu basis utama kelompok masyarakat Osing yang sering disebut sebagai penduduk asli Banyuwangi. Ratusan kasur kombinasi warna merah hitam dijemur di depan masing-masing rumah warga desa Kemiren. Sebagai lambang tolak bala penyakit dan keutuhan rumah tangga.

    Sesepuh adat Desa Kemiren, Juhadi Timbul, mengatakan, warga Osing beranggapan bahwa sumber penyakit datangnya dari tempat tidur. Sehingga mereka mengeluarkan kasur dari dalam rumah lalu dijemur di luar agar terhindar dari segala macam penyakit. Kasur dianggap sebagai benda yang sangat dekat manusia sehingga wajib dibersihkan agar kotoran yang ada di kasur hilang. Ritual ini digelar setiap tanggal 1 Dzulhijah dan bagian dari ritual bersih desa.

    Warga memang kompak menjemur kasurnya. ”Wayahe srengenge mledung, wong-wong podo mepe kasur. Kasure cemeng ambi abang. Serto keneng panas, kasur digebleki myakne rijig. Sepat omah ono kang ngetokaken siji lan loro,” cerita Atemani, salah seorang warga, dengan bahasa Osing yang khas. Artinya kurang lebih, saat matahari terbit, orang-orang mengeluarkan kasur. Warnanya merah dan hitam. Setelah panas, lalu dipukul-pukul biar bersih. Setiap rumah ada yang mengeluarkan satu atau dua kasur.

    Begitu matahari terbit, kasur segera dijemur di depan rumah masing-masing, sambil membaca doa dan memercikkan air bunga di halaman. Tujuannya agar dijauhkan dari bencana dan penyakit.

    Umumnya, kasur yang digunakan berwarna merah dan hitam. Merah di bagian samping kasur, dan hitam di atas dan bawah kasur.

    ”Merah melambangkan berani dan hitam simbol kelanggengan rumah tangga. Biasanya tiap pengantin baru diberi kasur warna ini,” kata Atemani.

    Proses menjemur kasur ini berlangsung hingga menjelang sore hari. Setelah matahari melewati kepala alias pada tengah hari, semua kasur harus dimasukkan. Konon jika tidak segera dimasukkan, kebersihan kasur ini akan hilang.
    Mepe Kasur, Ritual Tolak Bala Warga Kemiren 5V5A0877
    Setelah memasukkan kasur, dengan diiringi arak-arakan tradisi barong, masyarakat Osing malanjutkan berziarah ke Makam Buyut Cili yang diyakini masyarakat sebagai penjaga desa. Acara mencapai puncak ketika warga bersama-sama menggelar selamatan Tumpeng Sewu pada malam hari. Semua warga mengeluarkan tumpeng dengan lauk khas warga Osing, yaitu pecel pithik alias ayam panggang dengan parutan kelapa. Kekhasan acara ini juga ditambah akan dinyalakan obor di setiap depan pagar rumah warga.

      Waktu sekarang Mon May 13, 2024 4:34 pm