BANYUWANGI – Ratusan kyai, ulama, rais suriah dari cabang dan ranting serta tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama (NU) se-Banyuwangi berkumpul di Ponpes Al- Qodiri, Dusun Kelir, Kalipuro untuk silahturahim dan halaqoh, Senin (5/1). Spesialnya, halaqoh ini juga dihadiri Wakil Rais Am PBNU KH Masdar Farid Mas'udi.
Dalam halaqoh yang bertema memperkokoh ajaran Islam Aswaja NU dan Integritas Bangsa di tengah Ideologi Radikalisme dan Liberalisme, Masdar Farid berpesan tentang perlunya pemerintahan yang inklusif, sebuah pemerintahan yang tidak membeda-bedakan. "Islam mengatur negara untuk tidak bertidak secara diskriminatif. Islam datang sebagai rahmat di bumi. Ini harus menjadi pegangan semua jamiyah NU," tegas Masdar Farid.
Tokoh nasional ini sengaja datang ke ke acara silaturahim ini juga untuk berkomunikasi dengan arus bawah. “Menjalin komunikasi ini sangat penting, meskipun di adakan di tingkat lingkungan terkecil. Karena NU tidak ada apa-apanya tanpa dukungan dari bawah,” kata KH Masdar.
Ditambahkan dia, untuk memperkuat akarnya, NU perlu membangun basis-basis pengabdian di setiap titik keumatan, terutama di masjid-masjid yang begitu banyak di lingkungan jamiyah NU.
Selain KH Masdar, acara ini juga dihadiri Ketua Tanfidziyah PCNU Banyuwangi Masykur Ali dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang merupakan salah satu kader NU. Awal menjabat sebagai Bupati, Bupati Anas telah menandatangani kontrak jamiyah dengan warga NU. Kontrak jamiyah adalah semacam komitmen politik untuk melaksanakan poin-poin yang ada di dalamnya. Kontrak ini dibuat Abdullah Azwar Anas saat kampanye pada 2010.
"Jadi dulu sebelum mengemban amanat sebagai bupati, kami menandatangani kontrak jamiyah terkait isu-isu keumatan. Ini sebagai kontrol terhadap kami sebagai kepala daerah," ujar Bupati Anas.
Sejumlah hal yang masuk dalam kontrak jamiyah tersebut adalah masalah keumatan dan keagamaan antara lain bidang pendidikan, kesehatan, peningkatan kesejahteraan, pengentasan kemiskinan, penutupan lokalisasi, memacu partisipasi publik dalam pembangunan, dan peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi para guru ngaji dan pegiat pendidikan agama.
"13 item secara bertahap telah kita penuhi, di antaranya membangun pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, kesehatan, menutup lokalisasi, hingga penurunan kemiskinan yang mencapai 9 persen pada tahun lalu" ujar Anas.
Dalam halaqoh yang bertema memperkokoh ajaran Islam Aswaja NU dan Integritas Bangsa di tengah Ideologi Radikalisme dan Liberalisme, Masdar Farid berpesan tentang perlunya pemerintahan yang inklusif, sebuah pemerintahan yang tidak membeda-bedakan. "Islam mengatur negara untuk tidak bertidak secara diskriminatif. Islam datang sebagai rahmat di bumi. Ini harus menjadi pegangan semua jamiyah NU," tegas Masdar Farid.
Tokoh nasional ini sengaja datang ke ke acara silaturahim ini juga untuk berkomunikasi dengan arus bawah. “Menjalin komunikasi ini sangat penting, meskipun di adakan di tingkat lingkungan terkecil. Karena NU tidak ada apa-apanya tanpa dukungan dari bawah,” kata KH Masdar.
Ditambahkan dia, untuk memperkuat akarnya, NU perlu membangun basis-basis pengabdian di setiap titik keumatan, terutama di masjid-masjid yang begitu banyak di lingkungan jamiyah NU.
Selain KH Masdar, acara ini juga dihadiri Ketua Tanfidziyah PCNU Banyuwangi Masykur Ali dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang merupakan salah satu kader NU. Awal menjabat sebagai Bupati, Bupati Anas telah menandatangani kontrak jamiyah dengan warga NU. Kontrak jamiyah adalah semacam komitmen politik untuk melaksanakan poin-poin yang ada di dalamnya. Kontrak ini dibuat Abdullah Azwar Anas saat kampanye pada 2010.
"Jadi dulu sebelum mengemban amanat sebagai bupati, kami menandatangani kontrak jamiyah terkait isu-isu keumatan. Ini sebagai kontrol terhadap kami sebagai kepala daerah," ujar Bupati Anas.
Sejumlah hal yang masuk dalam kontrak jamiyah tersebut adalah masalah keumatan dan keagamaan antara lain bidang pendidikan, kesehatan, peningkatan kesejahteraan, pengentasan kemiskinan, penutupan lokalisasi, memacu partisipasi publik dalam pembangunan, dan peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi para guru ngaji dan pegiat pendidikan agama.
"13 item secara bertahap telah kita penuhi, di antaranya membangun pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, kesehatan, menutup lokalisasi, hingga penurunan kemiskinan yang mencapai 9 persen pada tahun lalu" ujar Anas.