-Register for Learning.
-Read forum rules before register.
-Register for see full topics.
*Active on Forum*

Join the forum, it's quick and easy

-Register for Learning.
-Read forum rules before register.
-Register for see full topics.
*Active on Forum*

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

    KPA Gelar Training of Trainers (ToT) HIV/AIDS untuk Pengawas dan Guru

    robot
    robot
    Seng Duwe Omah
    Seng Duwe Omah


    Jumlah posting : 355
    Reputation : 0
    Join date : 30.10.12
    Age : 35
    Lokasi : banyuwangi

    KPA Gelar Training of Trainers (ToT) HIV/AIDS untuk Pengawas dan Guru Empty KPA Gelar Training of Trainers (ToT) HIV/AIDS untuk Pengawas dan Guru

    Post by robot Thu Nov 06, 2014 11:05 am

    Upaya Tekan Angka Peningkatan HIV/AIDS di Kalangan Pelajar

    BANYUWANGI – Komisi Penanggulangan (KPA) Banyuwangi menggelar Training of Trainers (ToT) untuk Pengawas dan Guru, Rabu (5/11). Hal itu dilakukan untuk menekan jumlah penderita HIV/AIDS yang terus mengalami peningkatan.

    Menurut Plt Kepala Dinas Kesehatan dr Widji Lestariono, jumlah penderita HIV/AIDS di Banyuwangi telah mencapai 2008 orang. “Sejak ditemukan tahun 1999 hingga September 2014, penderita HIV/AIDS di Banyuwangi telah menembus angka 2800 orang. Jika dilihat dari banyaknya kasus yang terdeteksi, di satu sisi merupakan keberhasilan bagi petugas untuk mengungkap kasus peningkatan penderita penyakit mematikan ini,” ungkap pria yang akrab disapa dr Rio ini.

    Kasus itu terdeteksi dengan cepat, ujar dr Rio, sebab Banyuwangi punya 17 Voluntary Counseling and Testing (VCT) yang merupakan sarana layanan pendeteksi HIV/AIDS terbesar di Asia. Selain itu juga adanya upaya bahu-membahu dari 3 komponen terkait seperti KPA, Dinas Kesehatan dan Kelompok Bina Sehat (LSM). “Namun 3 komponen ini masih belum cukup kuat untuk melakukan penanggulangan AIDS. Perlu merangkul semua elemen, antara lain organisasi kepemudaan, organisasi kemasyarakatan, institusi kependidikan maupun kelompok keagamaan,”tandasnya dalam acara yang diadakan di Warung Keboen, Kecamatan Glagah ini.

    Hal senada juga disampaikan Sekretaris KPA Waluyo. Waluyo menegaskan, pertumbuhan penyakit ini sekarang makin memasuki tahap yang memprihatinkan. “Penyakit HIV/AIDS di Banyuwangi saat ini tak hanya menjangkiti ibu rumah tangga saja, tetapi juga pegawai negeri sipil, karyawan swasta, bahkan pelajar. Dan dari angka 2008 penderita yang ditemukan, 80 persennya berada pada usia produktif (20-45 tahun). Menyusul ditemukannya 5 orang pelajar yang positif HIV/AIDS,” beber Waluyo.

    Tentunya, tambah Waluyo, kewaspadaan perlu ditingkatkan. Utamanya untuk melindungi generasi muda ke depan, perlu ada training untuk para pengawas dan guru. “Pelajar itu rentan salah pergaulan. Pengawas dan guru perlu memberikan pemahaman yang tepat tentang bahaya penyakit ini,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit pada Dinas Kesehatan Banyuwangi ini.

    Dikemas dalam bentuk pelatihan yang mengedepankan komunikasi dua arah, para peserta yang terdiri atas pengawas sekolah SMP/MTs, SMA/SMK/MA, Kelompok Kerja Guru (KKG), pondok pesantren dan relawan itu akan belajar teknik penyampaian bahaya penyakit ini pada para pelajar. “Selama dua hari (5 – 6/11), peserta ToT ini akan belajar tentang capacity building (edukasi melalui aktifitas-aktifitas yang menarik, red). Bagaimana memberikan informasi tentang HIV/AIDS dengan teknik yang tidak membosankan. Dan juga bagaimana melakukan identifikasi terhadap masing-masing siswanya,” terang Waluyo.

    Identifikasi terhadap siswa diperlukan, kata Waluyo, untuk mengetahui apakah mereka rentan dengan suatu kegiatan yang berdampak langsung dengan meluasnya HIV/AIDS. Waluyo mencontohkan, guru harus tahu apakah siswa perempuan di kelasnya seorang pekerja seks komersial (PSK) atau bukan. Siswa yang berprofesi sebagai PSK biasanya cenderung tertutup, tidak menonjol dalam pergaulan, pendiam, gayanya biasa-biasa saja. Dan karena mereka biasa ‘bekerja’ di malam hari, biasanya di sekolah mereka juga sering mengantuk.Namun yang harus diwaspadai adalah kemampuan mereka untuk bergonta-ganti HP, apalagi harganya tidak murah. Padahal mereka bukan berasal dari keluarga yang kaya.

    Begitu juga ketika guru ingin mengetahui siswanya pecandu narkoba atau tidak. Biasanya seorang siswa yang menjadi pemakai napza ((Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif lainnya, Red) terlihat apatis, malas, suka tidur di kelas, suka berbohong dan suka mencuri demi memenuhi kebutuhan mereka berbelanja obat-obatan terlarang.

    “Intinya, dengan mengetahui sejak dini, pertumbuhan penyakit ini dapat terus kita tekan. Para pelajar yang mengalami hal semacam ini perlu dirangkul, diperhatikan, dan diajak berkegiatan untuk mengalihkan hal buruk yang biasa mereka lakukan. Misalnya dengan mengajak mereka untuk berkesenian. Pelan-pelan, mereka terus kita berikan pemahaman tentang HIV/AIDS,”pungkas Waluyo.[/b]

      Waktu sekarang Fri Apr 19, 2024 5:18 pm