BANYUWANGI – Beragam prestasi yang terus ditorehkan Bupati Banyuwangi
Abdullah Azwar Anas, menjadikan Banyuwangi benchmark bagi daerah lain
di Indonesia. Bila selama ini daerah tingkat II yang belajar, namun
kali ini Pemerintahan Provinsi Jawa Barat pun bertandang ke
Banyuwangi.
Dipimpin Staf Ahli Bidang Pemerintahan Daud Achmad, rombongan Pemprov
Jabar yang berjumlah 60 orang ini sengaja memilih Banyuwangi sebagai
lokus dan fokus diklat kepemimpinan para eselon III. Daud mengatakan
selama tiga tahun terakhir ini Banyuwangi sangat luar biasa, salah
satunya di perencanaan dan pemberdayaan masyarakat.
Bahkan karena bagusnya perencanaan dan pemberdayaannya itu, angka
kemiskinan di turun drastis, dari angka 20 persen menjadi 9 persen.
“Best practices yang dilakukan Banyuwangi, akan jadi benchmark bagi
para eselon 3 ini. Apalagi kita ketahui, hanya dalam kurun tiga tahun
Banyuwangi mampu menurunkan kemiskanan hingga 11 persen,” kata Daud
saat diterima Bupati Banyuwangi di Pendopo, Senin (8/9).
Selain angka kemiskinan, kata Daud, Jabar ingin bisa menggali semua
proses pembangunan yang ada di Banyuwangi. Misalnya pengembangan
pariwisata atau cara menata tata ruang kota dan publik. “Termasuk
menata birokrasi, bagaimana memotivasi kerja birokrasi agar bisa
kreatif, dan juga bagaimana pemerintahan daerah bisa meningkatkan
perekonomian lokal dengan memproteksi buah lokal. Ini unik sekali,”
kata Daud.
Bukan hanya Pemprov Jabar yang hari ini berkunjung ke Banyuwangi.
Pemkab Sumenep pada saat yang sama juga membawa rombongan 40 pejabat
eselon IV. Rombongan yang dikepalai langsung Sekkab, Hadi Sutarto juga
menyampaikan kekaguman atas prestasi Banyuwangi.
“Penataan ruang publiknya saya pikir bagus. Ini tercermin dari Pendopo
Banyuwangi yang asri ini, bahkan sampai dimuat media nasional dua hari
berturut-turut. Dan yang terpenting, kami ingin khusus belajar
bagimana membuat sebuah festival, seperti Banyuwangi Festival ini,”
ujar Hadi.
Dijadikan benchmark terkait penurunan angka kemiskinan di daerah oleh
Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Sumenep, tidak menjadikan Banyuwangi
bangga dan puas. Anas menyatakan, datangnya tamu-tamu ini memotivasi
kami untuk terus berbuat yang terbaik bagi warga. “Dijadikan
benchmark, justru ini menjadi tanggung jawab yang berat bagi
Banyuwangi. Karena dengan di-benchmark berarti harus konsisten dan
terus melakukan perbaikan,” kata Anas.
Di satu sisi, kata Anas, ini juga bisa menjadi spirit bagi staf.
Karena, saat staf kami diminta menjelaskan kiat-kiatnya oleh daerah
lain, otomatis akan tumbuh semangat untuk terus memperbaiki
kinerjanya.
“Masa didatangi tamu tidak akan tampil lebih baik. Ini semangat bagi
kami karena dijadikan contoh, dan melecut kami untuk terus berbenah
dan berbenah,” ujar Anas.
Abdullah Azwar Anas, menjadikan Banyuwangi benchmark bagi daerah lain
di Indonesia. Bila selama ini daerah tingkat II yang belajar, namun
kali ini Pemerintahan Provinsi Jawa Barat pun bertandang ke
Banyuwangi.
Dipimpin Staf Ahli Bidang Pemerintahan Daud Achmad, rombongan Pemprov
Jabar yang berjumlah 60 orang ini sengaja memilih Banyuwangi sebagai
lokus dan fokus diklat kepemimpinan para eselon III. Daud mengatakan
selama tiga tahun terakhir ini Banyuwangi sangat luar biasa, salah
satunya di perencanaan dan pemberdayaan masyarakat.
Bahkan karena bagusnya perencanaan dan pemberdayaannya itu, angka
kemiskinan di turun drastis, dari angka 20 persen menjadi 9 persen.
“Best practices yang dilakukan Banyuwangi, akan jadi benchmark bagi
para eselon 3 ini. Apalagi kita ketahui, hanya dalam kurun tiga tahun
Banyuwangi mampu menurunkan kemiskanan hingga 11 persen,” kata Daud
saat diterima Bupati Banyuwangi di Pendopo, Senin (8/9).
Selain angka kemiskinan, kata Daud, Jabar ingin bisa menggali semua
proses pembangunan yang ada di Banyuwangi. Misalnya pengembangan
pariwisata atau cara menata tata ruang kota dan publik. “Termasuk
menata birokrasi, bagaimana memotivasi kerja birokrasi agar bisa
kreatif, dan juga bagaimana pemerintahan daerah bisa meningkatkan
perekonomian lokal dengan memproteksi buah lokal. Ini unik sekali,”
kata Daud.
Bukan hanya Pemprov Jabar yang hari ini berkunjung ke Banyuwangi.
Pemkab Sumenep pada saat yang sama juga membawa rombongan 40 pejabat
eselon IV. Rombongan yang dikepalai langsung Sekkab, Hadi Sutarto juga
menyampaikan kekaguman atas prestasi Banyuwangi.
“Penataan ruang publiknya saya pikir bagus. Ini tercermin dari Pendopo
Banyuwangi yang asri ini, bahkan sampai dimuat media nasional dua hari
berturut-turut. Dan yang terpenting, kami ingin khusus belajar
bagimana membuat sebuah festival, seperti Banyuwangi Festival ini,”
ujar Hadi.
Dijadikan benchmark terkait penurunan angka kemiskinan di daerah oleh
Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Sumenep, tidak menjadikan Banyuwangi
bangga dan puas. Anas menyatakan, datangnya tamu-tamu ini memotivasi
kami untuk terus berbuat yang terbaik bagi warga. “Dijadikan
benchmark, justru ini menjadi tanggung jawab yang berat bagi
Banyuwangi. Karena dengan di-benchmark berarti harus konsisten dan
terus melakukan perbaikan,” kata Anas.
Di satu sisi, kata Anas, ini juga bisa menjadi spirit bagi staf.
Karena, saat staf kami diminta menjelaskan kiat-kiatnya oleh daerah
lain, otomatis akan tumbuh semangat untuk terus memperbaiki
kinerjanya.
“Masa didatangi tamu tidak akan tampil lebih baik. Ini semangat bagi
kami karena dijadikan contoh, dan melecut kami untuk terus berbenah
dan berbenah,” ujar Anas.